7 Tantangan Besar Penerapan Rekam Medis Elektronik yang Tidak Boleh Diabaikan
Table of Contents
Pendahuluan
Di era digital seperti sekarang, Rekam Medis Elektronik (RME) menjadi salah satu inovasi yang diadopsi oleh banyak rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan. RME menggantikan sistem rekam medis konvensional berbasis kertas dengan sistem yang lebih modern dan terintegrasi. Namun, meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan RME tidaklah mudah dan dihadapkan pada berbagai tantangan yang signifikan. Artikel ini akan membahas tujuh tantangan besar dalam penerapan Rekam Medis Elektronik yang tidak boleh diabaikan oleh manajemen rumah sakit.
7 Tantangan Rekam Medis Elektronik
Tantangan 1: Adaptasi Teknologi oleh Staf Medis
Implementasi Rekam Medis Elektronik (RME) sering kali dihadapkan pada tantangan besar dalam hal adaptasi teknologi oleh staf medis. Meskipun teknologi ini dirancang untuk mempermudah pekerjaan, banyak tenaga medis yang merasa kesulitan untuk beralih dari sistem manual ke sistem digital. Tantangan ini diperparah dengan adanya gap pengetahuan teknologi di antara staf medis, terutama mereka yang telah lama bekerja dengan sistem manual.
Kesulitan dalam Penggunaan Teknologi Baru
Penggunaan teknologi baru seperti Rekam Medis Elektronik (RME) memerlukan keterampilan khusus yang mungkin belum dimiliki oleh semua staf medis. Mereka yang tidak terbiasa dengan teknologi mungkin merasa frustrasi saat mencoba memahami sistem baru ini. Hal ini bisa menyebabkan penurunan efisiensi dan bahkan meningkatkan risiko kesalahan dalam penginputan data pasien.
Kurangnya Pelatihan dan Edukasi
Salah satu alasan utama mengapa adaptasi teknologi menjadi tantangan adalah kurangnya pelatihan dan edukasi yang memadai. Tanpa pelatihan yang tepat, staf medis akan kesulitan untuk memahami dan menggunakan Rekam Medis Elektronik (RME) secara efektif. Oleh karena itu, penting bagi manajemen rumah sakit untuk menyediakan program pelatihan yang komprehensif dan berkelanjutan agar staf medis dapat menguasai teknologi ini dengan baik. Pelatihan harus mencakup tidak hanya cara penggunaan sistem, tetapi juga pemahaman tentang pentingnya RME dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan mengatasi tantangan adaptasi teknologi ini, rumah sakit dapat memastikan bahwa penerapan RME berjalan lebih lancar dan efisien, serta memberikan manfaat yang maksimal bagi pelayanan kesehatan.
Tantangan 2: Biaya Implementasi yang Tinggi
Biaya implementasi Rekam Medis Elektronik (RME) adalah salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh manajemen rumah sakit. Meskipun sistem ini menawarkan banyak keuntungan jangka panjang, investasi awal yang dibutuhkan untuk mengadopsi RME bisa sangat besar, terutama bagi rumah sakit yang memiliki anggaran terbatas.
Investasi Awal yang Signifikan
Untuk mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik (RME), rumah sakit harus menyiapkan dana yang cukup besar. Investasi awal ini mencakup pembelian perangkat keras (hardware) seperti komputer, server, dan perangkat penyimpanan data, serta perangkat lunak (software) yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Selain itu, biaya lisensi perangkat lunak dan dukungan teknis dari penyedia layanan juga harus diperhitungkan. Tidak hanya itu, instalasi sistem, konfigurasi, dan penyesuaian perangkat lunak agar sesuai dengan proses operasional rumah sakit juga membutuhkan biaya tambahan.
Biaya Pemeliharaan dan Pembaruan Sistem
Setelah sistem Rekam Medis Elektronik (RME) berhasil diimplementasikan, tantangan biaya tidak berhenti di situ. Rumah sakit perlu mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan rutin sistem tersebut, termasuk pembaruan perangkat lunak dan perangkat keras. Pemeliharaan ini penting untuk memastikan bahwa sistem tetap berfungsi dengan baik, aman dari ancaman siber, dan selalu sesuai dengan perkembangan teknologi dan regulasi yang berlaku.
Selain itu, biaya pembaruan sistem juga harus dipertimbangkan, karena teknologi terus berkembang dan sistem Rekam Medis Elektronik (RME) perlu diperbarui secara berkala agar tetap relevan dan efektif. Pembaruan ini bisa meliputi upgrade perangkat lunak, penambahan fitur baru, atau peningkatan kapasitas penyimpanan data. Tanpa pembaruan yang tepat, sistem RME bisa menjadi usang dan tidak lagi mendukung kebutuhan operasional rumah sakit.
Solusi: Pendekatan Bertahap dan Kemitraan Strategis
Untuk mengatasi tantangan biaya ini, rumah sakit dapat mengambil pendekatan bertahap dalam implementasi Rekam Medis Elektronik (RME). Misalnya, rumah sakit dapat memulai dengan mengimplementasikan sistem RME di beberapa departemen terlebih dahulu sebelum menerapkannya secara menyeluruh. Hal ini memungkinkan rumah sakit untuk mengelola biaya secara lebih efektif dan mempelajari tantangan yang muncul selama proses implementasi awal.
Selain itu, menjalin kemitraan strategis dengan penyedia layanan Rekam Medis Elektronik (RME) juga bisa menjadi solusi. Beberapa penyedia menawarkan opsi pembiayaan atau model pembayaran berbasis penggunaan yang dapat membantu mengurangi beban biaya awal. Dengan strategi ini, rumah sakit dapat lebih fleksibel dalam mengelola anggaran mereka tanpa harus mengorbankan kualitas dan efektivitas implementasi RME.
Dengan perencanaan anggaran yang cermat dan strategi yang tepat, rumah sakit dapat mengatasi tantangan biaya implementasi RME dan memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan mereka.
Tantangan 3: Keamanan dan Privasi Data Pasien
Keamanan dan privasi data pasien adalah aspek krusial dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME). Di era digital, data medis yang tersimpan dalam sistem elektronik menjadi target potensial bagi ancaman siber, yang bisa berdampak serius pada keamanan informasi sensitif pasien dan reputasi rumah sakit. Oleh karena itu, memastikan keamanan dan privasi data pasien merupakan salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh manajemen rumah sakit dalam mengimplementasikan RME.
Ancaman Keamanan Siber
Dengan semakin canggihnya teknologi, ancaman siber juga semakin berkembang. Serangan siber seperti ransomware, malware, dan hacking bisa mengancam keamanan data medis yang tersimpan dalam sistem Rekam Medis Elektronik (RME). Jika data pasien berhasil diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, hal ini tidak hanya membahayakan privasi pasien, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi rumah sakit, serta merusak kepercayaan pasien.
Untuk mengatasi ancaman ini, rumah sakit harus mengimplementasikan berbagai langkah keamanan yang canggih dan terintegrasi. Ini termasuk enkripsi data, firewall yang kuat, sistem deteksi intrusi, dan protokol keamanan jaringan yang ketat. Selain itu, rumah sakit juga harus melakukan pemantauan keamanan secara terus-menerus untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman potensial sebelum terjadi pelanggaran keamanan.
Kepatuhan terhadap Regulasi Privasi
Selain menghadapi ancaman siber, rumah sakit juga harus memastikan bahwa mereka mematuhi regulasi privasi yang berlaku, seperti Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dan peraturan lainnya yang mengatur perlindungan data pasien. Kepatuhan terhadap regulasi ini tidak hanya penting untuk menghindari sanksi hukum, tetapi juga untuk membangun kepercayaan pasien terhadap keamanan data mereka.
Regulasi privasi sering kali mengharuskan rumah sakit untuk menerapkan standar tinggi dalam pengelolaan dan perlindungan data pasien. Ini mencakup penggunaan teknologi yang sesuai untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data, serta prosedur yang ketat untuk akses dan penggunaan data oleh staf medis. Rumah sakit juga perlu memastikan bahwa data pasien tidak digunakan untuk tujuan yang tidak sah atau diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
Solusi: Pelatihan dan Kesadaran Staf
Salah satu langkah penting dalam menjaga keamanan dan privasi data pasien adalah dengan meningkatkan kesadaran dan keterampilan staf medis terkait keamanan siber. Pelatihan rutin mengenai praktik terbaik dalam keamanan data harus menjadi bagian dari program pelatihan berkelanjutan rumah sakit. Staf harus diberi pemahaman tentang risiko yang terkait dengan penggunaan Rekam Medis Elektronik (RME), seperti phishing dan social engineering, serta cara-cara untuk menghindarinya.
Selain itu, rumah sakit harus membangun budaya kesadaran keamanan di seluruh organisasi. Ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan kebijakan keamanan yang jelas, melakukan audit rutin terhadap kepatuhan staf terhadap prosedur keamanan, dan memastikan bahwa setiap pelanggaran atau ancaman keamanan ditangani dengan cepat dan efektif.
Dengan mengatasi tantangan keamanan dan privasi data pasien secara serius, rumah sakit dapat memastikan bahwa Rekam Medis Elektronik (RME) tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga melindungi informasi sensitif pasien dan mempertahankan kepercayaan mereka.
Tantangan 4: Integrasi dengan Sistem yang Ada
Integrasi Rekam Medis Elektronik (RME) dengan sistem yang sudah ada di rumah sakit merupakan salah satu tantangan paling kompleks dalam proses implementasi. Banyak rumah sakit yang telah mengoperasikan berbagai sistem informasi kesehatan sebelum memutuskan untuk beralih ke RME, seperti sistem penjadwalan pasien, laboratorium, farmasi, dan lainnya. Menyelaraskan RME dengan sistem-sistem ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan perencanaan yang matang.
Ketidakcocokan dengan Sistem Lama
Salah satu masalah utama dalam integrasi adalah ketidakcocokan antara Rekam Medis Elektronik (RME) dengan sistem lama yang mungkin masih menggunakan teknologi yang usang atau arsitektur yang berbeda. Hal ini dapat menghambat kemampuan RME untuk berfungsi secara optimal dan mengurangi efisiensi yang seharusnya ditingkatkan oleh penerapan sistem baru. Misalnya, data yang tersimpan dalam format yang berbeda di sistem lama mungkin tidak bisa diakses atau diproses dengan baik oleh RME, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakakuratan data.
Untuk mengatasi masalah ini, rumah sakit perlu melakukan audit menyeluruh terhadap semua sistem yang ada sebelum memulai proses integrasi. Audit ini membantu mengidentifikasi area-area yang mungkin memerlukan penyesuaian atau penggantian. Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk membuat protokol interoperabilitas yang memungkinkan berbagai sistem berbicara satu sama lain, memastikan bahwa data dapat berpindah dengan lancar antar sistem tanpa kehilangan akurasi atau integritas.
Kebutuhan akan Perangkat Lunak Kustomisasi
Tidak jarang Rekam Medis Elektronik (RME) memerlukan perangkat lunak tambahan atau kustomisasi untuk bisa berintegrasi dengan sistem yang sudah ada. Proses kustomisasi ini bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit, tergantung pada kompleksitas sistem yang ada. Kustomisasi yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa RME dapat berfungsi secara sinergis dengan sistem lain, mendukung alur kerja yang ada tanpa menciptakan hambatan baru.
Penting juga bagi rumah sakit untuk bekerja sama dengan penyedia layanan RME yang mampu menawarkan solusi kustomisasi sesuai kebutuhan spesifik rumah sakit. Penyedia yang berpengalaman dapat membantu mengembangkan modul tambahan atau melakukan penyesuaian pada perangkat lunak agar sesuai dengan proses operasional rumah sakit yang unik.
Solusi: Pendekatan Bertahap dan Pengujian Menyeluruh
Menghadapi tantangan integrasi memerlukan pendekatan bertahap. Rumah sakit bisa memulai integrasi dengan menggabungkan Rekam Medis Elektronik (RME) dengan beberapa sistem utama terlebih dahulu, seperti sistem penjadwalan pasien dan laboratorium. Setelah berhasil, integrasi dapat diperluas ke sistem lain secara bertahap. Pendekatan ini memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin muncul tanpa menggangu keseluruhan operasi rumah sakit.
Selain itu, pengujian menyeluruh sangat penting sebelum RME benar-benar diintegrasikan dan digunakan secara penuh. Pengujian ini melibatkan simulasi alur kerja dan skenario nyata untuk memastikan bahwa semua sistem berfungsi dengan baik bersama RME, dan bahwa data dapat berpindah antar sistem dengan akurat. Pengujian yang sukses akan mengurangi risiko gangguan operasional ketika RME akhirnya digunakan secara live.
Dengan perencanaan yang matang dan strategi yang tepat, rumah sakit dapat berhasil mengintegrasikan RME dengan sistem yang sudah ada, menciptakan ekosistem digital yang efisien dan mendukung tujuan utama dari penerapan teknologi ini: meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi operasional.
Tantangan 5: Resistensi dari Staf dan Manajemen
Resistensi terhadap perubahan adalah tantangan yang sering kali muncul dalam setiap proses transformasi teknologi, termasuk dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) di rumah sakit. Baik staf medis maupun manajemen rumah sakit mungkin merasa skeptis atau khawatir terhadap perubahan yang dibawa oleh RME, yang pada akhirnya dapat menghambat proses implementasi dan mengurangi efektivitas sistem baru.
Perlawanan terhadap Perubahan
Staf medis, seperti dokter, perawat, dan teknisi, mungkin merasa nyaman dengan sistem lama yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun. Mereka bisa melihat Rekam Medis Elektronik (RME) sebagai gangguan terhadap rutinitas yang sudah mereka kuasai, terutama jika sistem baru tersebut dianggap sulit untuk dipahami atau digunakan. Ketakutan akan kehilangan efisiensi, meningkatnya beban kerja, atau bahkan ancaman terhadap keamanan pekerjaan mereka bisa memperkuat perlawanan ini.
Di sisi lain, manajemen rumah sakit juga bisa menunjukkan resistensi, terutama jika mereka melihat penerapan RME sebagai risiko finansial atau operasional yang signifikan. Mereka mungkin khawatir bahwa implementasi RME akan mengganggu operasional rumah sakit, menyebabkan penurunan produktivitas, atau membutuhkan anggaran besar tanpa jaminan ROI (Return on Investment) yang jelas.
Kesulitan Mengubah Budaya Organisasi
Perubahan budaya organisasi adalah aspek lain yang perlu diperhatikan dalam menghadapi resistensi. Rumah sakit dengan budaya kerja yang sangat hierarkis atau kaku mungkin menghadapi lebih banyak kesulitan dalam mengadopsi Rekam Medis Elektronik (RME). Dalam lingkungan seperti ini, inovasi sering kali dipandang sebagai ancaman daripada peluang, dan staf mungkin merasa enggan untuk memberikan masukan atau berpartisipasi aktif dalam proses perubahan.
Mengubah budaya organisasi bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan waktu serta komitmen dari semua level manajemen. Budaya yang mendukung inovasi dan keterbukaan terhadap perubahan perlu ditanamkan sejak awal proses implementasi. Ini bisa dilakukan dengan mendorong komunikasi yang terbuka, memberikan penghargaan kepada staf yang beradaptasi dengan baik, dan menekankan pentingnya RME dalam meningkatkan kualitas pelayanan pasien.
Strategi Mengatasi Resistensi
Untuk mengatasi resistensi dari staf dan manajemen, rumah sakit perlu mengadopsi pendekatan yang inklusif dan transparan. Melibatkan staf dalam proses pengambilan keputusan sejak tahap awal bisa membantu mengurangi perlawanan. Misalnya, mengadakan sesi konsultasi atau workshop di mana staf dapat menyampaikan kekhawatiran mereka dan memberikan masukan tentang cara terbaik untuk mengintegrasikan Rekam Medis Elektronik (RME) ke dalam alur kerja mereka.
Edukasi dan pelatihan yang komprehensif juga sangat penting. Memberikan pelatihan yang tidak hanya fokus pada aspek teknis RME, tetapi juga pada bagaimana sistem baru ini dapat memudahkan pekerjaan sehari-hari mereka, bisa membantu mengurangi kekhawatiran staf. Misalnya, menyoroti bagaimana RME bisa mempercepat akses ke informasi pasien atau mengurangi kesalahan medis, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kepuasan kerja.
Selain itu, manajemen rumah sakit harus menunjukkan komitmen yang kuat terhadap penerapan RME. Ini bisa dilakukan dengan menetapkan visi yang jelas, mengkomunikasikan manfaat jangka panjang dari RME, dan memastikan bahwa staf memiliki dukungan yang mereka butuhkan selama masa transisi. Penghargaan dan insentif juga bisa menjadi alat motivasi yang efektif untuk mendorong staf agar lebih terbuka terhadap perubahan.
Manajemen Perubahan yang Efektif
Manajemen perubahan yang efektif adalah kunci untuk mengatasi resistensi dari staf dan manajemen. Ini melibatkan identifikasi potensi sumber resistensi, perencanaan langkah-langkah mitigasi, dan pelaksanaan strategi komunikasi yang transparan. Salah satu cara untuk memastikan keberhasilan adalah dengan menunjuk seorang ‘champion’ dari dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk memimpin perubahan ini. Champion ini harus menjadi penghubung antara manajemen dan staf, memfasilitasi dialog, dan memastikan bahwa semua pihak merasa didengar dan dihargai.
Dengan pendekatan yang tepat, resistensi terhadap RME dapat diubah menjadi dukungan aktif, menciptakan lingkungan kerja yang lebih inovatif dan responsif terhadap kebutuhan pasien. Keberhasilan implementasi RME sangat bergantung pada bagaimana rumah sakit mengelola perubahan ini, memastikan bahwa semua pihak terlibat dan berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Tantangan 6: Kesalahan dalam Penggunaan dan Penginputan Data
Kesalahan dalam penggunaan dan penginputan data merupakan tantangan besar dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) yang tidak boleh diabaikan. Ketika data medis pasien tidak diinput dengan benar atau digunakan secara tidak tepat, hal ini dapat berdampak langsung pada kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. Dalam sistem RME, setiap informasi yang dimasukkan memiliki konsekuensi penting, sehingga kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak besar.
Human Error dalam Rekam Medis Elektronik
Meski teknologi Rekam Medis Elektronik (RME) dirancang untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi, faktor manusia tetap memainkan peran besar dalam operasionalnya. Human error atau kesalahan manusia bisa terjadi kapan saja, terutama dalam kondisi kerja yang penuh tekanan, seperti di rumah sakit dengan beban kerja yang tinggi. Kesalahan ini bisa berupa salah memasukkan data, seperti informasi dosis obat, riwayat alergi, atau hasil diagnosis, yang bisa menyebabkan penanganan medis yang salah.
Misalnya, kesalahan dalam memasukkan informasi obat bisa mengakibatkan pasien menerima dosis yang salah, yang pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan mereka. Begitu juga dengan kesalahan input data pada riwayat kesehatan pasien, yang bisa menyebabkan dokter mengambil keputusan yang tidak tepat karena berdasarkan informasi yang keliru.
Dampak Kesalahan Data pada Kualitas Pelayanan
Kesalahan dalam penginputan data tidak hanya memengaruhi individual pasien, tetapi juga dapat berdampak pada keseluruhan operasional rumah sakit. Data yang tidak akurat dapat menghambat pengambilan keputusan yang kritis, memperlambat proses diagnosis, dan bahkan memperpanjang waktu pemulihan pasien. Dalam beberapa kasus, kesalahan data bisa menyebabkan misdiagnosis atau pengobatan yang tidak perlu, yang tidak hanya merugikan pasien tetapi juga meningkatkan biaya operasional rumah sakit.
Selain itu, kesalahan data juga bisa memengaruhi hubungan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Jika pasien menyadari bahwa data medis mereka tidak dikelola dengan baik, kepercayaan mereka terhadap rumah sakit bisa berkurang. Ini bisa berujung pada penurunan kepuasan pasien dan reputasi rumah sakit.
Kesalahan dalam penggunaan dan penginputan data adalah tantangan serius yang harus dihadapi dengan strategi yang matang dan komitmen yang kuat dari seluruh tim rumah sakit. Dengan pendekatan yang tepat, tantangan ini bisa diatasi, sehingga RME dapat memberikan manfaat maksimal dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Tantangan 7: Keterbatasan Infrastruktur Teknologi
Keterbatasan infrastruktur teknologi adalah tantangan signifikan dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) yang sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Infrastruktur teknologi yang memadai merupakan syarat utama untuk memastikan bahwa sistem RME dapat berfungsi dengan optimal dan memberikan manfaat maksimal. Namun, banyak rumah sakit, terutama di daerah dengan sumber daya terbatas, menghadapi berbagai masalah terkait infrastruktur yang dapat menghambat proses implementasi RME.
Keterbatasan Jaringan dan Koneksi Internet
Salah satu masalah utama dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) adalah keterbatasan jaringan dan koneksi internet yang stabil. Di banyak wilayah, terutama di daerah terpencil atau di negara berkembang, jaringan internet yang cepat dan andal mungkin tidak tersedia. Koneksi internet yang lambat atau tidak stabil dapat menyebabkan keterlambatan dalam akses data medis, kesulitan dalam mengakses sistem RME secara real-time, dan bahkan kegagalan sistem yang dapat mengganggu operasi rumah sakit.
Masalah ini dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pencatatan dan pengambilan keputusan medis, serta meningkatkan risiko kesalahan dalam pengelolaan data pasien. Selain itu, akses yang terbatas ke internet dapat menghambat kemampuan rumah sakit untuk melakukan pembaruan sistem dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga agar RME tetap berfungsi dengan baik.
Ketergantungan pada Teknologi yang Tidak Selalu Stabil
Infrastruktur teknologi tidak hanya mencakup koneksi internet, tetapi juga perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung sistem Rekam Medis Elektronik (RME). Rumah sakit mungkin menghadapi masalah dengan perangkat keras yang usang atau perangkat lunak yang tidak kompatibel dengan sistem RME baru. Ketergantungan pada teknologi yang tidak selalu stabil, seperti server yang sering mengalami downtime atau perangkat komputer yang sering rusak, dapat menghambat efektivitas sistem RME.
Contohnya, jika server pusat yang menyimpan data medis mengalami gangguan, seluruh sistem RME dapat terpengaruh, mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengakses atau memperbarui data pasien. Selain itu, perangkat keras yang tidak memadai bisa memperlambat proses input dan pemrosesan data, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja rumah sakit secara keseluruhan.
Kesimpulan
Mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik di rumah sakit memang memberikan banyak manfaat, namun tantangan-tantangan yang telah disebutkan di atas tidak boleh diabaikan. Manajemen rumah sakit harus siap menghadapi tantangan ini dengan strategi yang tepat agar proses penerapan RME berjalan lancar dan memberikan hasil yang optimal. Masa depan pelayanan kesehatan digital bergantung pada bagaimana kita mengatasi tantangan-tantangan ini dan terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan.