SOAP: 12 Teknik Mengisi Bagian Objektif dalam Panduan untuk Manajemen Rumah Sakit
Table of Contents
Dalam dunia kesehatan, pencatatan yang akurat merupakan bagian penting dalam memastikan kualitas layanan bagi pasien. Salah satu metode yang paling sering digunakan adalah SOAP, yang terdiri dari empat elemen: Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning. Pada artikel ini, kita akan fokus pada teknik mengisi bagian Objektif dalam SOAP, dengan mempertimbangkan bagaimana manajemen rumah sakit dapat memastikan standar yang tinggi dan efisiensi dalam pencatatan medis.
Apa Itu SOAP?
SOAP adalah format standar yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mencatat data medis pasien. SOAP memiliki struktur sebagai berikut:
- S: Subjektif – Informasi yang diberikan oleh pasien tentang keluhannya.
- O: Objektif – Data yang didapatkan dari pemeriksaan fisik, pengamatan, atau hasil tes laboratorium.
- A: Assessment – Analisis atau diagnosis sementara berdasarkan data subjektif dan objektif.
- P: Planning – Rencana tindakan medis atau perawatan untuk pasien.
Bagian Objektif berfokus pada data yang dapat diukur, diobservasi, atau diuji. Ini termasuk tanda vital, hasil laboratorium, temuan dari pemeriksaan fisik, dan lain sebagainya.
Mengapa Bagian Objektif Penting dalam SOAP?
Bagian Objektif dalam SOAP adalah elemen yang sangat penting karena memberikan informasi yang akurat dan terukur mengenai kondisi pasien. Data ini bukan hanya mendukung diagnosis dan rencana perawatan, tetapi juga memastikan bahwa pengambilan keputusan klinis dilakukan berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini beberapa alasan mengapa bagian Objektif dalam SOAP sangat penting:
1. Memberikan Data yang Dapat Diukur dan Diuji
Bagian Objektif dalam SOAP mencakup informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan pengukuran klinis yang lain. Data ini sangat penting karena dapat diukur dan diuji ulang jika diperlukan, sehingga memberikan dasar yang lebih kuat bagi dokter untuk membuat diagnosis dan rencana perawatan. Misalnya, nilai tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh adalah data kuantitatif yang memberikan gambaran nyata mengenai kondisi pasien.
2. Mendukung Keakuratan Diagnosis
Informasi dari bagian Objektif membantu tenaga medis dalam memastikan diagnosis yang tepat. Tanpa data yang objektif, keputusan medis hanya akan berdasarkan keluhan subjektif pasien, yang terkadang bisa kurang akurat atau tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai masalah kesehatan pasien. Misalnya, keluhan sakit kepala yang dilaporkan pasien dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi hasil dari pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan mata dapat membantu dokter mempersempit kemungkinan penyebabnya.
3. Mengurangi Risiko Kesalahan dalam Perawatan
Dalam dunia kesehatan, salah diagnosis atau kesalahan dalam pengobatan bisa berakibat fatal. Bagian Objektif memberikan data yang terukur dan konkret yang membantu dalam meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien. Dengan memiliki informasi objektif yang komprehensif, tenaga kesehatan dapat membuat keputusan yang lebih tepat, sehingga risiko kesalahan medis dapat dikurangi.
4. Mendukung Kepatuhan terhadap Standar Akreditasi dan Regulasi
Bagi manajemen rumah sakit, pencatatan medis yang tepat, termasuk bagian Objektif, sangat penting untuk memenuhi standar akreditasi dan regulasi yang berlaku. Akreditasi rumah sakit sering kali memerlukan bukti bahwa data pasien dicatat secara lengkap dan benar. Bagian Objektif dalam SOAP menyediakan bukti dokumentasi yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa rumah sakit melakukan perawatan sesuai dengan standar dan pedoman klinis yang ditetapkan.
5. Memfasilitasi Koordinasi Tim Kesehatan
Bagian Objektif dalam SOAP memudahkan koordinasi antar anggota tim kesehatan, terutama dalam situasi di mana pasien dirawat oleh lebih dari satu dokter atau spesialis. Data objektif yang terstruktur dan jelas memungkinkan setiap anggota tim memahami kondisi pasien secara menyeluruh dan bekerja secara efektif. Misalnya, seorang ahli gizi mungkin membutuhkan data berat badan dan kadar glukosa darah dari bagian Objektif untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai.
6. Mendukung Pengambilan Keputusan yang Cepat
Dalam situasi darurat, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat penting untuk keselamatan pasien. Bagian Objektif memberikan informasi yang segera dapat diandalkan untuk membuat keputusan cepat. Tanda vital seperti tekanan darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen adalah data yang sering kali menjadi dasar dalam tindakan medis cepat, terutama pada situasi kritis.
7. Menjadi Dasar untuk Evaluasi Perkembangan Pasien
Bagian Objektif dalam SOAP juga sangat penting untuk mengevaluasi perkembangan kesehatan pasien dari waktu ke waktu. Dengan pencatatan data objektif yang rutin, tenaga kesehatan dapat membandingkan hasil pemeriksaan sebelumnya dan saat ini untuk mengetahui apakah kondisi pasien mengalami perbaikan, stabil, atau justru memburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar untuk menentukan apakah rencana perawatan perlu dilanjutkan, diubah, atau disesuaikan.
8. Mendukung Efisiensi Operasional Rumah Sakit
Pencatatan bagian Objektif yang lengkap dan tepat membantu meningkatkan efisiensi operasional rumah sakit. Data yang terstruktur dengan baik akan memudahkan dokter dalam membuat keputusan, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi, serta meminimalkan kemungkinan terjadi misdiagnosis. Manajemen rumah sakit perlu memahami bahwa efisiensi dalam pencatatan medis berdampak langsung pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien.
9. Meningkatkan Akuntabilitas Tenaga Medis
Data yang dicatat dalam bagian Objektif dalam SOAP merupakan bukti konkret yang menunjukkan tindakan yang telah dilakukan oleh tenaga medis. Dengan data yang dapat diverifikasi, tenaga medis lebih akuntabel terhadap tindakan mereka. Hal ini juga penting jika terjadi pertanyaan atau sengketa mengenai proses perawatan pasien. Data yang akurat dalam bagian Objektif dapat memberikan gambaran jelas tentang bagaimana kondisi pasien telah dievaluasi dan tindakan apa yang telah diambil.
Bagian Objektif dalam SOAP bukan hanya sekedar dokumentasi data medis pasien, tetapi juga komponen krusial yang mempengaruhi kualitas, keakuratan, dan keberlanjutan pelayanan kesehatan. Bagi manajemen rumah sakit, memastikan bahwa bagian Objektif selalu dicatat dengan benar dan akurat adalah langkah penting dalam memberikan pelayanan yang optimal, menjaga reputasi rumah sakit, serta memenuhi standar regulasi dan akreditasi yang berlaku.
Teknik Mengisi Bagian Objektif dalam SOAP
Bagian Objektif dalam SOAP memerlukan keterampilan khusus untuk mencatat data yang relevan, akurat, dan terstruktur. Data ini menjadi dasar untuk penilaian klinis dan pembuatan rencana perawatan pasien. Berikut adalah beberapa teknik penting yang dapat membantu tenaga kesehatan dalam mengisi bagian Objektif dalam SOAP secara efektif:
1. Pastikan Data yang Dimasukkan Dapat Diverifikasi
Data objektif harus dapat diukur dan diverifikasi untuk memastikan keandalannya. Misalnya, mencatat suhu tubuh, tekanan darah, atau denyut nadi pasien harus dilakukan dengan alat medis yang terkalibrasi dengan baik. Manajemen rumah sakit dapat memastikan bahwa peralatan medis yang digunakan selalu dalam kondisi baik melalui perawatan dan kalibrasi rutin. Dengan demikian, data yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dan digunakan sebagai dasar keputusan medis.
2. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Spesifik
Bahasa yang digunakan untuk mengisi bagian Objektif harus jelas, spesifik, dan tidak ambigu. Penggunaan istilah yang tepat sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman. Misalnya, daripada menulis “kondisi pasien stabil,” lebih baik menulis “tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80 bpm, suhu tubuh 37,2°C.” Penjelasan ini memberikan detail yang lebih konkret dan memudahkan tenaga medis lainnya dalam memahami kondisi pasien dengan lebih tepat.
3. Catat Semua Temuan Fisik dengan Detail
Temuan fisik yang didapatkan selama pemeriksaan harus dicatat secara rinci dan objektif. Misalnya, jika ditemukan adanya pembengkakan pada bagian tertentu, tenaga kesehatan harus mencatat lokasi, ukuran, konsistensi, dan apakah ada nyeri tekan. Detail semacam ini memberikan gambaran yang lebih lengkap dan mendalam tentang kondisi pasien, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam evaluasi perkembangan atau pengobatan selanjutnya.
4. Dokumentasi Hasil Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
Hasil pemeriksaan diagnostik seperti X-ray, CT scan, EKG, atau tes laboratorium harus dicatat dengan rinci dalam bagian Objektif. Setiap hasil yang dicatat harus menyertakan nilai referensi jika memungkinkan, seperti “Hemoglobin: 13,5 g/dL (nilai normal: 12-16 g/dL).” Ini membantu dokter atau tenaga kesehatan lain untuk lebih cepat mengevaluasi apakah hasil tersebut berada dalam rentang normal atau membutuhkan perhatian lebih lanjut.
5. Standarisasi Format Pencatatan
Manajemen rumah sakit perlu memastikan adanya standar baku dalam cara data dicatat. Standarisasi ini dapat mencakup format penulisan, urutan pengisian data, serta kode atau singkatan yang digunakan. Misalnya, menggunakan singkatan standar untuk tanda-tanda vital seperti BP (blood pressure) atau HR (heart rate) dapat mempercepat pencatatan dan mengurangi risiko kesalahan penulisan. Dengan standarisasi, proses pencatatan menjadi lebih efisien dan mudah dipahami oleh seluruh tenaga kesehatan.
6. Pelatihan Berkelanjutan untuk Tenaga Medis
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki keahlian yang sama dalam melakukan pemeriksaan fisik atau menafsirkan hasil tes laboratorium. Manajemen rumah sakit harus memastikan adanya pelatihan rutin bagi seluruh tenaga medis, agar mereka memiliki keterampilan yang memadai untuk mengisi bagian Objektif dengan tepat dan akurat. Pelatihan ini harus mencakup penggunaan alat pemeriksaan, cara mencatat temuan fisik, serta cara menganalisis hasil laboratorium atau tes diagnostik lainnya.
7. Manfaatkan Teknologi Rekam Medis Elektronik (EMR)
Pemanfaatan teknologi rekam medis elektronik (Electronic Medical Record atau EMR) dapat sangat membantu dalam mengisi bagian Objektif dalam SOAP secara lebih akurat dan terstruktur. EMR memungkinkan pencatatan data secara digital dengan template yang telah disesuaikan, sehingga tenaga medis hanya perlu mengisi data yang relevan dengan bantuan fitur otomatisasi. Selain itu, EMR dapat mengurangi risiko kesalahan penulisan karena setiap data telah terstandarisasi dalam sistem.
8. Selalu Berpedoman pada Evidence-Based Practice
Bagian Objektif harus selalu mengacu pada praktik berbasis bukti (evidence-based practice). Data yang dicatat harus relevan dan mendukung pengambilan keputusan klinis sesuai dengan pedoman yang berlaku. Misalnya, jika seorang pasien mengeluh sakit dada, pemeriksaan yang relevan seperti auskultasi jantung, EKG, atau pemeriksaan enzim jantung harus dilakukan dan dicatat. Data yang didasarkan pada bukti ilmiah akan meningkatkan kualitas keputusan klinis yang diambil oleh dokter.
9. Catat Perubahan yang Signifikan Secara Real-Time
Setiap perubahan yang signifikan dalam kondisi pasien harus segera dicatat pada bagian Objektif dalam SOAP. Misalnya, jika terjadi peningkatan suhu tubuh atau penurunan tekanan darah secara drastis, pencatatan harus dilakukan segera agar informasi ini dapat digunakan untuk keputusan klinis selanjutnya. Real-time documentation membantu tim medis dalam memberikan respons cepat dan tepat terhadap perubahan kondisi pasien, terutama pada kasus kritis.
10. Konsistensi dalam Dokumentasi
Konsistensi sangat penting dalam pencatatan bagian Objektif dalam SOAP. Manajemen rumah sakit harus memastikan bahwa setiap tenaga kesehatan selalu mencatat data dengan cara yang sama, sehingga tidak ada variasi dalam pencatatan yang bisa membingungkan tenaga medis lain yang merawat pasien. Konsistensi juga berarti bahwa seluruh tenaga kesehatan memahami bagaimana dan kapan data harus diperbarui, sehingga semua pihak memiliki informasi yang paling terkini tentang kondisi pasien.
11. Audit dan Evaluasi Berkala
Untuk memastikan kualitas pencatatan bagian Objektif, audit dan evaluasi berkala perlu dilakukan oleh manajemen rumah sakit. Audit internal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap data objektif yang dicatat sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi ini juga memungkinkan identifikasi area yang perlu perbaikan atau pelatihan tambahan. Dengan adanya audit yang rutin, manajemen dapat memastikan kualitas pencatatan tetap terjaga dan proses pencatatan selalu dalam kondisi optimal.
12. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
Saat mengisi bagian Objektif, komunikasi dengan pasien dan keluarganya juga penting. Penjelasan mengenai temuan objektif yang dicatat, seperti hasil pemeriksaan tekanan darah atau hasil laboratorium, dapat membantu pasien dan keluarga memahami kondisi yang dihadapi. Ini tidak hanya meningkatkan transparansi dalam perawatan tetapi juga membangun kepercayaan antara tenaga medis dengan pasien.
Bagian Objektif dalam SOAP bukan sekedar catatan medis, tetapi merupakan elemen kunci dalam pengambilan keputusan klinis yang tepat dan efektif. Manajemen rumah sakit perlu memastikan bahwa teknik pengisian bagian Objektif diterapkan secara benar oleh seluruh tenaga kesehatan, melalui standarisasi, pelatihan, audit berkala, dan pemanfaatan teknologi. Dengan pencatatan bagian Objektif yang tepat, kualitas pelayanan terhadap pasien dapat ditingkatkan, sehingga menciptakan pengalaman perawatan yang lebih baik bagi pasien dan keluarganya.
Baca juga: SOAP: 4 Tantangan dalam Menerapkan SOAP di Klinik dan Rumah Sakit
Tantangan dalam Mengisi Bagian Objektif
Mengisi bagian Objektif dalam SOAP bukan tanpa tantangan. Ada berbagai hambatan yang dapat memengaruhi kualitas pencatatan data objektif, mulai dari aspek teknis hingga aspek manusiawi. Pemahaman terhadap tantangan ini sangat penting bagi manajemen rumah sakit untuk dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam mengisi bagian Objektif dalam SOAP:
1. Keterbatasan Waktu untuk Pemeriksaan yang Mendalam
Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan waktu yang dialami oleh tenaga kesehatan, terutama di unit gawat darurat atau saat pasien sedang dalam jumlah yang banyak. Dokter dan perawat sering kali harus menangani banyak pasien dalam waktu singkat, sehingga pemeriksaan fisik yang dilakukan bisa menjadi kurang mendalam dan tidak sepenuhnya mencakup semua aspek yang diperlukan. Kondisi ini dapat menyebabkan data objektif yang tercatat menjadi tidak lengkap atau tidak akurat.
2. Kurangnya Pelatihan atau Pengetahuan tentang Teknik Pemeriksaan
Tenaga kesehatan yang tidak memiliki pelatihan yang cukup dalam teknik pemeriksaan tertentu, seperti auskultasi jantung atau pemeriksaan refleks neurologis, bisa saja menghasilkan data yang tidak akurat. Kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang teknik pemeriksaan dapat berdampak negatif pada kualitas data objektif yang dicatat. Manajemen rumah sakit perlu memastikan bahwa seluruh tenaga medis mendapatkan pelatihan yang sesuai dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan ini.
3. Perbedaan Penilaian antar Tenaga Kesehatan
Meskipun bagian Objektif seharusnya terdiri dari data yang terukur dan faktual, penilaian yang melibatkan pengamatan fisik tetap mengandung unsur subjektivitas. Perbedaan dalam cara tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan atau menafsirkan temuan dapat menghasilkan variasi dalam pencatatan data. Misalnya, dua perawat yang berbeda mungkin mencatat intensitas nyeri yang berbeda meskipun pasien yang diperiksa sama. Tantangan ini menunjukkan pentingnya adanya pelatihan yang standar dan standarisasi prosedur.
4. Keterbatasan Sumber Daya dan Alat Pemeriksaan
Alat pemeriksaan yang tidak tersedia atau tidak memadai juga menjadi tantangan dalam mengisi bagian Objektif. Misalnya, tidak tersedianya alat diagnostik yang sesuai, seperti otoskop atau tensimeter yang rusak, dapat menghambat pengambilan data yang diperlukan. Manajemen rumah sakit perlu memastikan ketersediaan peralatan yang memadai dan dalam kondisi baik agar tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan objektif dengan optimal.
5. Data yang Tidak Diperbarui Secara Real-Time
Kondisi pasien dapat berubah dalam waktu singkat, terutama dalam situasi kritis. Tantangan besar lainnya adalah memastikan data yang dicatat selalu diperbarui sesuai dengan perubahan kondisi pasien. Keterlambatan dalam pencatatan atau ketidaksesuaian antara data dengan kondisi terbaru dapat menyebabkan keputusan klinis yang tidak tepat. Oleh karena itu, memastikan bahwa setiap perubahan dicatat secara real-time menjadi tantangan tersendiri, terutama pada saat tenaga kesehatan menghadapi beban kerja yang tinggi.
6. Tekanan Psikologis dan Beban Kerja Tinggi
Tekanan psikologis dan beban kerja yang tinggi sering kali mempengaruhi kemampuan tenaga kesehatan dalam mengisi bagian Objektif dengan tepat. Pada situasi tertentu, misalnya saat menghadapi pasien kritis atau jumlah pasien yang membludak, tenaga kesehatan mungkin mengalami stres dan kelelahan yang mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan pemeriksaan fisik yang teliti dan mencatat data dengan akurat. Manajemen rumah sakit perlu mengatasi masalah ini dengan memberikan lingkungan kerja yang mendukung dan mengatur beban kerja agar tidak berlebihan.
7. Keterbatasan dalam Teknologi Rekam Medis Elektronik
Penggunaan sistem rekam medis elektronik (Electronic Medical Record/EMR) memiliki keuntungan dalam mendukung pencatatan, namun juga membawa tantangan. Tidak semua rumah sakit memiliki sistem yang telah terintegrasi dengan baik atau dilengkapi dengan antarmuka yang mudah digunakan oleh tenaga kesehatan. Kesulitan dalam menggunakan sistem EMR dapat membuat tenaga kesehatan kehilangan banyak waktu hanya untuk melakukan entri data, atau bahkan menyebabkan data yang dimasukkan menjadi tidak akurat. Pelatihan penggunaan EMR dan peningkatan kualitas sistem menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen rumah sakit.
8. Kesulitan dalam Menilai Temuan yang Subtil
Tidak semua temuan objektif mudah untuk diukur atau terlihat jelas. Beberapa tanda fisik, seperti perubahan warna kulit atau suara murmur jantung, memerlukan pengalaman klinis yang lebih tinggi untuk dikenali dengan benar. Ketidakmampuan dalam menilai atau mengidentifikasi temuan yang subtil ini dapat mengurangi keakuratan bagian Objektif dalam SOAP. Pelatihan intensif dan berkelanjutan diperlukan untuk membantu tenaga medis mengenali tanda-tanda ini dengan lebih baik.
9. Konsistensi dalam Penggunaan Format dan Terminologi
Kurangnya konsistensi dalam penggunaan format dan terminologi saat mencatat data objektif juga menjadi tantangan. Dalam situasi tertentu, tenaga kesehatan mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan kondisi yang sama, atau tidak mengikuti format standar pencatatan. Hal ini dapat menyulitkan tenaga medis lain dalam memahami dan menggunakan data tersebut. Manajemen rumah sakit perlu memberlakukan standar pencatatan yang jelas dan konsisten untuk meminimalkan variasi dalam pencatatan.
10. Kurangnya Kolaborasi Antar Tim Kesehatan
Bagian Objektif sering kali membutuhkan masukan dari berbagai anggota tim kesehatan, termasuk dokter, perawat, dan spesialis lainnya. Namun, kurangnya komunikasi dan kolaborasi antar tim dapat menjadi hambatan dalam mengisi bagian Objektif dengan data yang lengkap dan relevan. Kolaborasi yang buruk menyebabkan data penting terlewat atau tidak didokumentasikan dengan benar, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas perawatan pasien. Manajemen rumah sakit perlu memastikan bahwa ada mekanisme yang baik untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar tim.
11. Kekhawatiran Mengenai Legalitas dan Akuntabilitas
Beberapa tenaga kesehatan mungkin merasa ragu untuk mencatat data tertentu karena kekhawatiran terhadap implikasi hukum. Misalnya, ketika menemukan temuan yang menunjukkan kemungkinan komplikasi, ada kecenderungan untuk menghindari pencatatan yang dapat dianggap sebagai bukti ketidaktepatan penanganan sebelumnya. Untuk mengatasi tantangan ini, manajemen rumah sakit perlu memberikan pemahaman bahwa pencatatan yang jujur dan akurat adalah penting untuk keselamatan pasien dan dapat menjadi perlindungan bagi tenaga kesehatan itu sendiri.
12. Kesulitan dalam Menyusun Data yang Relevan dan Tepat Sasaran
Tantangan lain adalah memastikan bahwa data yang dicatat benar-benar relevan dan berkaitan dengan masalah kesehatan yang sedang dialami pasien. Terkadang tenaga kesehatan mencatat terlalu banyak data yang tidak relevan, atau justru melewatkan data yang krusial untuk penentuan diagnosis dan perawatan. Pelatihan untuk membantu tenaga kesehatan menentukan data yang relevan dan cara menyusunnya dengan tepat adalah solusi untuk mengatasi tantangan ini.
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, manajemen rumah sakit perlu berperan aktif dalam memastikan ketersediaan sumber daya, pelatihan, dan lingkungan kerja yang kondusif bagi tenaga kesehatan. Dengan dukungan yang memadai, pencatatan bagian Objektif dapat dilakukan dengan lebih baik, sehingga mendukung proses pengambilan keputusan yang tepat dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.
Kesimpulan
Bagian Objektif dalam SOAP merupakan komponen kunci dalam pencatatan medis yang akurat dan dapat diandalkan. Bagi manajemen rumah sakit, memahami pentingnya teknik yang benar dalam mengisi bagian Objektif dapat membantu dalam meningkatkan kualitas layanan, memastikan kepatuhan terhadap standar akreditasi, serta meningkatkan efisiensi operasional. Melalui pelatihan yang berkelanjutan, pemanfaatan teknologi, dan evaluasi berkala, manajemen rumah sakit dapat memastikan bahwa seluruh staf mampu melakukan pencatatan dengan baik dan tepat, sehingga kualitas perawatan pasien selalu terjaga.